SUMPANG BITA - Pangkep Culture Exploration

A.  HISTORICAL BACKGROUND OF SUMPANG BITA
Sumpang Bita Prehistoric Park is located at Sumpang Bita Village, Balocci District, Pangkep regency, South Sulawesi Province. In this area, there are two prehistoric caves which are Sumpang Bita cave and Bulu Sumi cave.
Sumpang Bita and Bulu Sumi cave are natural cave formed since ancient time. For the first time, Sumpang Bita cave found on 1931 by Frist and Paul Sarassin from Swiss. But, some say that Sumpang Bita cave found by a local named Lantara Dg Paduni on 1974.
Sumpang means door and Bita is a name of village that is located behind the cave. So, Sumpang Bita was the gate to the Bita’s village.
After Lantara Dg Paduni found this cave, Preservation for Archaelogy Heritage Office of Makassar in collusion with Department of History and Archaelogy of Literature Faculty of Hasanuddin University held an excavation as Sumpang Bita cave and Bulu Sumi cave. Based on excavation result, and also in the framework of preservation of those caves as cultural heritage that needs to be protected and conserved, then an act of structuring  both in the caves and its surroundings is accomplished, such as installing iron-wire fence around, stairs-path making, garden making, information house making and guard post making.
The preservation is carried out upon central government sponsored funding and also from local government of Pangkep such as land allowance for 22 ha. 
Sumpang Bita cave is the largest cave at Pangkep Regency even at South Sulawesi. The cave is facing to the east. It’s oral cavity has 10 meters high, 14 meters wide and 50 meters depth. The inner area is divided into to large rooms and bounded by a middle wall. Room 1 located at the north, containing of rock art painting of jumping big deer facing some negative hand stencil paintings. While at the south room there are rock art painting of Sampan (small boat) below the two deer-hog painting which the heads are in downward position. There are a lot of negative hand stencil paintings in this room. Those are using red paint. There are two negative hand stencils, with forearms and the others are not.
 
The Sampan (small boat) and two deer-hog painting
The jumping big deer and some hand stencil painting
 
The total of negative hand stencils:
§  There are 15 negative hand stencils from the right hand of adults.
§  There are 21 negative hand stencils from the left hand of adults.
§  There are 12 negative hand stencils from the right hand of children.
§  There are 4 negative hand stencils from the left hand of children.
§  There is 1 negative hand stencils was broken.
The total of negative foot stencils:
§  There is 1 negative foot stencils from the right foot of adult.
§  There is 1 negative foot stencils from the left foot of adult.
Based the information of some experts that the color of red symbolizes of braveness, hopes and life. Furthermore, the meaning of negative hand and foot stencil paintings and Sampan painting are a hope for salvation, free from dangerous in life. However, some say that food stencil painting means a prayer for someone who traveled far away to get a salvation. While deer-hog painting is a symbol to get animal easily. Then Sampan painting means a pray to get marine safety or a transportation for spirit to the heaven.
Based on those painting evidences at Sumpang Bita cave, concluded that the cave is a place for ceremony and not a place to get and produce food.
B.  SUMPANG BITA IN FUTURE
In the future, the development of Sumpang Bita is depend on the central government. If the government want to beautify this archeological park, the subordinate will develop the parks, such as add some havens along the stairs so the people can take a rest there when they feel tired to climb the stair.
C.  The bias of sumpang bita as picnic resort
As picnic resort almost every day, Sumpang Bita get so many visitors, off course it will make many advantage. But, beside that many visitors also can cause the bad effect to this archeological park. Sometimes, the visitors did some actions that can make the environment around the cave, spattered the walls, seat, and information board with handwriting. This thing can decrease the beauty of the cave and made it look dirty.
D.  Contribution of sumpang bita toward society
As a Picnic resort, Sumpang Bita has many advantages. One of them is the Contribution of Sumpang Bita toward society. Sumpang Bita could increase the foreign exchange. Based on this situation, absolutely it can make profitable toward the government. Not only that, the historical remains of Sumpang Bita could be a valuable cultural heritage.
E.  HOW TO KEEP SUMPANG BITA
To keep the perfection of this heritage, there must be the preservation of the cave. This preservation is done to make the next generation can enjoy the culture. Based on the observation that we have done directly through interviews with the tour guides in the archeological park. There are some things that we have to do to preserve the cave f Sumpang Bita. Such as:
1.    The keeper of Sumpang Bita should lock the door again when there are no more visitor
2.    For the visitors, please don’t damage the cave! Such as spattered the walls or throw the rubbish anywhere
3.    Keep the cleanliness of Sumpang Bita
4.    Visit the cave of Sumpang Bita. If we visit the cave of Sumpang Bita, it can make the historical heritages will known by the publish. So, it can make Sumpang Bita famous in all ever this country even in the abroad.

posted under | 1 Comments

PERADABAN AWAL BANGSA INDIA

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengizinkan kami untuk mengerjakan tugas makalah yang telah diberikan. Dengan ridha-Nya pula, maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami.
Makalah ini memuat informasi tentang PERADABAN AWAL BANGSA INDIA. Hal ini dimaksud untuk menambah wawasan para siswa/siswi untuk mengetahui informasi tentang peradaban awal bangsa-bangsa yang berada di berbagai negara.
Serta rasa terimakasih yang tak terhingga kepada keluarga serta teman-teman kami, yang telah memberikan kami semangat untuk terus berkarya dan berprestasi. Sesungguhnya kebaikan dan dukungan yang diberikan kepada kami takkan dapat kami balas, hanya kata ‘terimakasih’-lah yang dapat kami tuturkan.Terimakasih sebesar-besarnya pula kami berikan kepada guru tercinta kami, Pak Muhsin, yang telah memberikan tugas ini kepada kami agar kami dapat terus menggali pengetahuan dan memperluas wawasan. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat dan sesungguhnya Allah SWT akan membalas kebaikan anda semua kepada kami. Amin.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil karya kami tak luput dari kekurangan. Semoga karya ini berguna untuk penilaian kami, serta mohon maaf sebesarnya jika ada kesalahan.
Wassalamualaikum, wr wb.
                                                                                                                               
                                                                                                                               
                                                                                                          Pangkajene, 5 februari 2013
Kelompok 2
Secara geografis, wilayah India merupakan suatu jazirah dari benua Asia. Letak India seakan-akan terpisah dari daratan Asia. Hal ini disebabkan oleh pegunungan Himalaya di sebelah utara India. Oleh karena posisi wilayahnya menyendiri dari daerah Asia yang lain, maka India sering disebut “anak benua Asia”.
Di utara India terdapat Pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah lain di Asia. Di bagian Barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut Celah Kaiber. Celah Kaiber inilah yang dilalui oleh masyarakat India untuk melakukan aktivitas hubungan dengan daerah-daerah lain di Asia. Melalui celah itu, bangsa-bangsa lain memasuki wilayah India, seperti bangsa arya dan Iskandar Zulkarnaen. Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya yang terpenting yaitu sebagai berikut.
  1. bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
  2. Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, dan Berahui.
  3. Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.
  4. Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Di tengah-tengah daerah India terdapat pegunungan Windya. Pegunungan ini membagi India menjadi dua bagian, India Utara dan India Selatan. Pada daerah India bagian Utara, mengalir sungai Shindu (Indus), Gangga, Yamuna, dan Brahmaputera. Daerah itu merupakan daerah subur sehingga sangat padat penduduknya. India bagian Selatan sangat berbeda keadaannya dengan India bagian Utara. Daerahnya terdiri dari bukit-bukit dan gunung-gunung yang kering dan tandus. Daratan tinggi di India bagian Selatan diberi nama Dataran Tinggi Dekkan. Dataran Tinggi Dekkan kurang mendapat hujan sehingga daerahnya terdiri atas padang rumput safana yang amat luas.
Dalam sejarahnya, India memiliki dua peradaban kuno, yaitu peradaban lembah sungai Indus (Shindu) dan peradaban lembah sungai Gangga. Kedua peradaban ini menjadi bukti penting keberadaan bangsa India sebagai salah satu pemilik kebudayaan tertua yang sangat ternama di dunia.
A.   PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS (SHINDU)
1. Pusat Peradaban
Peradaban lembah Sungai Indus berlangsung pada 2800 SM hingga 1800 SM. Peradaban kuno ini ada di sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra (sekarang letaknya di Pakistan dan India bagian barat). Sungai Indus sendiri merupakan sungai yang panjangnya 2.900 kilometer. Airnya berasal dari mata air di Tibet, dan mengalir melalui Pegunungan Himalaya. Sisa peradaban Sungai Indus bisa dilihat dari peninggalannya yang sangat mengagumkan, yaitu kota Mohenjodaro dan Harappa.
Peradaban Sungai Indus juga dikenal dengan peradaban Sungai Sarasvati. Sebab, dahulu mengalir Sungai Sarasvati di dekat Sungai Indus, tapi diperkirakan mengering pada akhir 1900 SM. Kota Mohenjodaro dan Harrapa dihuni oleh bangsa Dravida, yang memiliki ciri fisik bertubuh pendek, hidung pesek, kulit hitam, dan rambut keriting hitam. Bangsa inilah pendukung utama peradaban lembah Sungai Indus.
Bangsa Dravida bermatapencaharian utama sebagai petani gandum dan kapas. Hal ini dibuktikan dengan temuan arkeologis berupa cangkul, kapak, dan patung dewi kesuburan. Selain sebagai petani, bangsa Dravida juga berjiwa pedagang. Mereka melakukan kontak perdagangan dengan bangsa Sumeria yang ada di Mesopotamia. Seorang arkeolog Inggris, Sir John Marshal, merupakan orang yang berhasil meneliti peradaban ini.
Mohenjo-Daro yang ditemukan di daerah Shindu (sekarang wilayah Negara Pakistan) diperkirakan pernah dijadikan sebagai ibukota lembah Shindu bagian utara. Sedangkan Harappa yang terletak di daerah Punjab, dekat sungai Ravi, diperkirakan sebuah ibukota dari lembah sungai Shindu bagian selatan.
Ini adalah bekas ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai India antara tahun 2350-1750 sebelum masehi, penelitian menghasilkan perhitungan, dua kota masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih banyak dibanding penduduk kota London yang paling besar pada abad pertengahan.
Masyarakat yang bermukim di kedua kota kuno ini diketahui telah mengenal sistem saluran air bawah tanah yang sempurna dengan menggunakan bata. Dari bukti-bukti arkeologi, penduduk Mohenjodaro dan Harappa sudah mengenal adat istiadat. Di sana ditemukan benda-benda sebagai azimat. Benda tersebut diduga dimanfaatkan sebagai kalung. Ada pula ditemukan benda semacam materai yang berbahan tanah liat. Benda-benda tersebut terdapat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf (tulisan yang bentuknya mirip gambar).
Puing-puing menunjukkan Mohenjodaro dan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai rancangan bangunan di sekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih menggunakan bahan yang sama, segalanya sangat teratur, bahwa pada 3000 SM, orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian memperlihatkan tingginya peradaban mereka.
Jalan-jalannya lurus sehingga membentuk blok-blok pemukiman berbentuk segi empat. Sudah ada sistem pembuangan sampah dan air limbah. Inilah kota pertama yang menujukan tanda-tanda pembangunan yang berencana.
Kedua kota ini hilang pada tahun 1750 sebelum masehi, kira-kira dalam waktu 1000 tahun kebelakang, didaerah aliran sungai India tidak pernah ada lagi kota yang demikian megahnya, namun pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya datang menginvasi, kebudayaan Harappa sudah merosot.
2. Tata Kota
A.      Kota Mohenjadaro

Mohenjo Daro merupakan sebuah kawasan reruntuhan-kota peninggalan kebudayaan Hindustan (bersama dengan kota Harappa) yang berada di bagian selatan Lembah Sungai Indus, distrik Larkana, propinsi Sind, Pakistan. Diperkirakan, kota ini dibangun dan dihuni dalam masa waktu yang bersamaan dengan pembangunan kota-kota di peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia, dan Yunani Kuno.
Diperkirakan Mohenjo Daro dibangun sekitar 2600 tahun sebelum masehi. Untuk dapat meneliti peradaban di kota Mohenjo Daro ini dilakukan penggalian dalam skala besar yang dimulai pada tahun 1922 sampai 1927 yang dilakukan oleh R. D. Banarjee beserta timnya dan dilanjutkan oleh M. S. Vats dan K. N. Dikshit dibawah pengarahan Sir John Marshall, seorang ahli survey arkeologi. Pada tahun 1927-1931, E. J. H. MacKay melanjutkan penggalian sebelumnya dan pada tahun 1950, Sir Mortimer Wheeler juga melakukan penggalian, tetapi dalam skala kecil. Keseluruhan penggalian yang dilakukan itu mencapai satu per tiga dari seluruh lokasi kota Mohenjo Daro dan dikenal oleh masyarakat dunia dengan sistem tata kota memukau, sementara dua pertiga bagian wilayah reruntuhan kota masih tertimbun oleh tanah.
Kota Mohenjo Daro sering disebut sebagai "Metropolis Kuno di Lembah Indus" karena merupakan kota terbesar (sekitar 100 hektar) di wilayah peradaban Hindustan pada tahun 2600-an SM.
Kota ini bukanlah sebuah pusat kerajaan karena tidak ditemukannya makam ataupun bekas istana Raja di kota Mohenjo Daro. Yang ada adalah kuburan dari kalangan elit kota. Ada kemungkinan bahwa kota Mohenjo Daro merupakan sebuah pusat administratif dari wilayah di dalam sebuah kerajaan.
Sedangkan arti dari kata "Mohenjo Daro" sendiri adalah "Bukit orang mati". Nama ini diberikan karena letak kota yang berupa bukit-bukit dan saat ini hanya berupa reruntuhan seperti sebuah kota mati.
Sistem Tata Kota
http://4.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TK8F_3YaqaI/AAAAAAAAAzs/Szl4KASyL_I/s320/foto+situasi+Mohenjo+Daro.jpghttp://4.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TLFIVdkImoI/AAAAAAAAA0Y/dxKEAT1IIFM/s320/site+plan+Mohenjo+Daro.jpgKota Mohenjo Daro dapat dikatakan telah memiliki kebudayaan tinggi dalam bidang arsitektur karena adanya penataan massa bangunan kota yang sangat rapi dan teratur. Penataan massa bangunan yang diterapkan dalam kota Mahenjo Daro adalah konsep organisasi grid. Jalan yang ada berupa saling tegak lurus dan berjajar sehingga membentuk blok-blok tapak (berupa kotak-kotak) yang digunakan sebagai tempat pendirian bangunan. Konsep ini dapat dilihat pada penataan kawasan perumahan modern maupun apartemen yang tiap rumah tertata sangat rapi dan berada di jalur lurus.
Fasilitas Kota
Secara garis besar, Kota Mohenjo Daro dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya. Bagian timur kota (disebut Lower Town) merupakan wilayah yang digunakan sebagai perumahan penduduk. Sedangkan bagian lain dari kota (disebut Citadel) merupakan sebuah kawasan pusat kota Mohenjo Daro.
Pada bagian Lower Town (letaknya rendah), terdapat sistem jaringan jalan yang membentang dari utara hingga selatan dan timur hingga barat. Jalanan ini membagi beberapa petak tanah menjadi blok-blok (kotak-kotak) yang merupakan tempat perumahan penduduk berada. Keadaan ini menjadikan kota Mohenjo Daro sangat rapi dan teratur sehingga mudah dalam melakukan pengawasan.
http://4.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TK8Hp5Ks1KI/AAAAAAAAAz4/EHawCxO3QV8/s320/Jalanan+Mohenjo+Daro.jpg
Perumahan di Mohenjo Daro memiliki tipe yang berbeda-beda, ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil sesuai dengan kebutuhan dan status sosial pemiliknya. Para ahli menyatakan bahwa beberapa rumah yang ada, dahulunya merupakan bangunan dua lantai dengan tangga yang terbuat dari batu bata. Setiap rumah memiliki ruang pemandian dan sistem drainase yang teratur.
Sumber air bersih yang ada di Mohenjo Daro adalah berupa sumur di dalam ruangan rumah yang pengaliran ke ruangan lain menggunakan pipa berbahan tanah liat. Sedangkan sarana pembuangan air kotor menggunakan saluran air yang berada di tepi jalan perumahan. Saluran ini terhubung dengan rumah penduduk sehingga air kotor dari sisa penggunaan di dalam rumah dapat langsung mengalir ke saluran air kota.
http://3.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TK8I-JfKvnI/AAAAAAAAA0A/wE_5aLBSQrw/s320/kato+mohenjo+daro+1.jpg
           
Sedangkan bagian Citadel (disebut pula sebagai kuil kota - letaknya lebih tinggi dari Lower Town) yang merupakan pusat kota terdapat beberapa fasilitas perkotaan. Beberapa fasilitas tersebut adalah:
- The Great Bath
Berupa bangunan yang menyerupai kolam berukuran 12 x 7 (dalam meter) dengan material berupa batu bata. Kedalaman kolam ini sekitar 2,4 meter dengan tangga yang terbuat dari batu bata untuk turun hingga dasar kolam. Di sekitarnya berupa beranda dengan alas batu bata.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bangunan kolam ini digunakan sebagai tempat melakukan ritual keagamaan berupa pemandian (pensucian badan). Pendapat ini didukung dengan penemuan artefak berupa batuan yang mirip dengan batu gosok untuk mandi.
http://1.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TK8G4hpp6pI/AAAAAAAAAz0/i1-XOpoA2z8/s1600/the+great+bath+-+kolam+pemandian+di+Mohenjo+Daro+2.jpg
Dalam kepercayaan Hindu, ritual pemandian seperti ini merupakan salah satu ritual untuk pensucian jiwa dan raga pengikutnya. Kemungkinan besar, ritual pemandian yang dilakukan di The Great Bath merupakan sebuah tradisi dari agama Hindu.
http://1.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TK8Gi5uiFqI/AAAAAAAAAzw/TwplOPDZdxI/s320/the+great+bath+-+kolam+pemandian+di+Mohenjo+Daro.jpg
-The Granary
Merupakan bangunan yang digunakan oleh penduduk kota Mohenjo Daro sebagai tempat penyimpanan hasil pangan (hasil panen) yang digunakan untuk mensuplai kebutuhan penduduk.
-Assembly Halls
Sebuah bangunan dengan area terbuka yang cukup luas (seperti lapangan).
Sistem Konstruksi
Bahan bangunan yang digunakan pada perumahan penduduk maupun bangunan fasilitas kota terbagi menjadi dua jenis, yakni batu bata lumpur (mud bricks) dan batu bata kayu (wood bricks). Batu bata lumpur (mud bricks) terbuat dari lumpur endapan yang banyak terdapat di lembah sungai Indus. Sedangkan batu bata kayu (wood bricks) terbuat dari kayu yang dikeringkan dengan cara dibakar. Daya tahan batu bata yang digunakan di Mohenjo Daro memiliki keawetan yang lebih baik dan lebih lama dibanding batu bata yang digunakan oleh penduduk Mesopotamia.
Sedangkan material yang digunakan sebagai penutup atap adalah pohon kayu yang disusun menjadi atap datar.
Benda-Benda yang Ditemukan
Benda-benda yang ditemukan di kota Mohenjo Daro antara lain: huruf, bangunan, perhiasan, alat rumah tangga, permainan anak-anak yang sudah dihiasi berbagai seni gambar dan seni ukir yang indah, mereka telah mengenal biantang: gajah, unta, kerbau, anjing. Berdasarkan benda-benda yang ditemukan di Mohenjodaro, maka dapat disimpulkan bahwa peradaban Lembah Sungai Indus di Mohenjodaro sudah sangat tinggi.
B.      Kota Harappa
Harappa adalah sebuah kota kuno yang berada di bantaran Sungai Ravi, propinsi Punjabi, timur laut Pakistan. Letaknya berada di 35 km sebelah tenggara kota Sahiwal.  Menurut penelitian dengan cara penentuan usia karbon yang dilakukan para arkeolog, kota Harappa dibangun dan dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 sebelum masehi dengan luas kota + 25 km persegi. Pada masa kejayaannya itu, 40.000 orang menjadi penduduk kota Harappa, sebuah jumlah penduduk yang sangat besar pada masa itu. Bahkan, bisa dikatakan dengan jumlah penduduk sebesar itu, pupulasi kota ini lebih banyak dibanding populasi penduduk kota London pada abad http://4.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TP2p0fx6nUI/AAAAAAAABDE/_AR2UddRcLw/s1600/peta+harappa+dan+mohenjo+daro.pngpertengahan.
Munculnya peradaban Harappa lebih awal dibanding kitab Veda, saat itu bangsa Arya belum sampai India, yakni sekitar tahun 2500 SM. Bangsa Troya mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah aliran sungai India. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa. Harappa memiliki lay-out kota yang sangat canggih, hingga tahun 1500 SM ketika bangsa Arya mulai bercampur dengan penduduk asli.
Kondisi Kota
http://2.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TP2qizZYkwI/AAAAAAAABDI/Tsc5gbSK6OE/s1600/tatanan+kota.jpgKota Harappa dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan fungsi masing-masing, yakni bagian pemerintahan dan bagian administratif. Bagian pemerintahan adalah area dimana terdapat kantor pemerintahan kota. Adanya pagar tembok yang tinggi di sekeliling gedung tinggi merupakan simbol kekuasaan dan kewibawaan Raja (atau pemimpin kota). Bagian ini terpisah dan memiliki jarak cukup jauh terhadap bagian administratif.
http://1.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TP2sWL53XyI/AAAAAAAABDQ/b4r13zah1P8/s1600/kamar+mandi+di+Harappa.jpgSedangkan bagian administratif digunakan sebagai permukiman penduduk kota Harappa. Bagian ini memiliki jalur jalan raya yang membentuk pola grid, yakni jalan-jalan yang ada saling bersilangan membentuk kotak-kotak kosong di tengahnya. Di kedua sisi jalan,, terdapat banyak sekali rumah tempat tinggal, toko, dan tempat pembuatan tembikar. Jarak antar-bangunan sangat dekat shingga tata kota terlihat sangat padat. Saluran air kota yang digunakan sebagai pembuangan air dibangun di bawah tanah dengan menggunakan bahan batu bata.
Kota Harappa hilang menjadi kota mati sekitar tahun 1750 SM. Beberapa faktor yang mengakibatkan penduduknya meninggalkan kota Harappa diperkirakan adalah adanya invansi yang dilakukan oleh bangsa Arya ke daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun itu. Pada tahun itu hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembangunan kota dengan peradaban tinggi lagi di wilayah tersebut.
http://3.bp.blogspot.com/_YkhqvtJadxo/TP2q5d8J2OI/AAAAAAAABDM/LLMblNTCutY/s1600/relief+lukisan+di+harappa.jpgPuing-puing bekas bangunan yang masih berada di kota Harappa tampak sangat teratur dalam penataannya. Puing-puing tersebut terbuat dari bahan yang sama, yakni batu bata tanah liat. Kondisi masa lalu memperlihatkan bahwa sistem tata kota yang diterapkan di kota Harappa sudah sangat maju dengan adanya teknik penataan kota seperti masa sekarang, yakni adanya pola jalan raya dan adanya saluran air bawah tanah.
                                                                                                  
Penggalian Kota
Penemuan kota Harappa bersamaan dengan penemuan kota lain di kawasan peradaban Lembah Hindustan berawal pada tahun 1870-an oleh peneliti dari Inggris. Pada awal abad ke-20, Sir John Marshall (arkeolog berkebangsaan Inggris) menggali dan meneliti kembali kota Harappa dan kota Mohenjo Daro. Dari hasil penelitian, dapat diambil teori bahwa kedua kota tersebut memiliki tingkat aktifitas penduduk yang tinggi dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 hingga 40.000 jiwa.
Hingga saat ini, penggalian dan penelitian yang dilakukan para arkeolog terhadap kota-kota di kawasan peradaban Lembah Hindustan masih terus dilanjutkan. Bahkan, ada penemuan kota baru di sekitar aliran sungai kuno yang lain.  Awal tahun 1980-an, pemerintah Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-Pakistan yang bertujuan untuk meningkatkan penelitian terhadap kawasan tersebut.
Benda-Benda yang Ditemukan
Benda-benda yang ditemukan: arca-arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk wanita telanjang dengan dada terbuka. Ukiran itu member makna bahwa ibu merupaka sumber kehidupan; alat dapur dari tanah liat, periuk belanga, pembakaran dari batu keras (masih kuat sampai sekarang); sebuah patung pohon disamping dewa (gambaran kesucian pohon bodhi tempat Sidharta menerima wahyu) beberapa ratus tahun kemudian; arca-arca yang melukiskan lembu yang menyerang harimau; lembu yang bertanduk, sebagai gambaran bahwa mereka sangat mensuckan binatang. Hal ini tampak ketika masyarakat India mensucikan sapi sampai sekarang.
3. Sistem Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah Sungai Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah pedalaman.
Pembuatan saluran irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
4. Sanitasi (Kesehatan)
Masyarakat Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan) lingkungannya. Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah dilengkapi oleh jendela yang langsung mendapat oksigen bebas.
5. Teknologi
Masyarakat Lembah Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, Kemampuan mereka dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas, perak, dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah.
6. Pemerintahan
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
A.      Candragupta Maurya
Setelah berhasil menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya. Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di Pattaliputra.
Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat luas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
B.      Ashoka
Ashoka memerintah kerajaan Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi melakukan peperangan.
Mula-mula Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka meninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta dengan Candragupta I sebagai rajanya.
7. Kepercayaan
Sistem kepercayaan masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak dewa. Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti buaya dan gajah serta menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa kesejahteraan dan perdamaian.
8. Faktor penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.
B.PERADABAN LEMBAH SUNGAI GANGGA
1.   Pusat Peradaban dan Kepercayaan
Lembah Sungai Gangga terletak antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Sungai itu bermata air di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi, Agra, Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan bermuara di teluk Benggala. Sungai Gangga bertemu dengan sungai Kwen Lun. Dengan keadaan alam seperti ini tidak heran bila Lembah Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban Lembah Sungai Gangga adalah bangsa arya yang temasuk bangsa Indo German. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun 200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Setelah serangan bangsa Arya, bangsa Dravida menyingkir ke India Selatan. Tapi, ada pula yang akhirnya berbaur. Bangsa Arya yang berasal dari Laut Kaspia akhirnya menguasai wilayah subur sekitar lembah Sungai Gangga dan Indus. Sebelum menaklukkan bangsa Dravida, bangsa Arya dikenal sebagai bangsa yang bermatapencaharian sebagai peternak dan hidup nomaden alias mengembara. Kemudian, mereka menetap di daerah taklukkan dan membangun peradaban baru di lembah Sungai Gangga, sehingga kebudayaan di Lembah Sungai Gangga merupakan kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya dengan bangsa Dravida. Kebudayaan campuran itu lebih dikenal dengan sebutan kebudayaan Hindu. Campuran kebudayaan ini membentuk sebuah agama besar, yang juga dinamakan  Hindu.
Kasta diciptakan untuk pertama kalinya. Kasta sendiri diciptakan untuk menghindari percampuran ras. Pembagian kasta ada empat, yaitu kasta brahmana, yang merupakan golongan agamawan dan ahli ilmu; kasta ksatria, yaitu golongan bangsawan dan prajurit; kasta waisya, yaitu golongan saudagar dan petani; serta kasta sudra, yaitu golongan buruh dan budak. Bangsa Arya masuk di golongan brahmana dan ksatria.
Peradaban Lembah Sungai Gangga meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah umat manusia kini. Di tempat ini muncul dua agama besar di dunia, yaitu agama Hindu dan Buddha. Agama Hindu muncul lebih dahulu daripada agama Buddha.
Agama Buddha lahir sebagi bentuk reaksi beberapa golongan atas ajaran kaum Brahmana. Golongan ini dipimpin oleh Siddharta Gautama. Ia adalah seorang putra mahkota kerajaan Kapilawastu yang meninggalkan hidup penuh kemewahan dan menempuh jalan kesederhanaan untuk menghindari penderitaan. Setelah sekian lama pencarian dengan jalan bertapa, akhirnya Siddharta mendapat sinar terang menjadi sang Buddha yang berarti “yang disinari”. Lambat laun agama Buddha mulai diterima masyarakat India dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, kedua agama ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perkembangan sejarah dan budaya Indonesia di masa awal.
Pada dasarnya peradaban dan kehidupan bangsa Hindu telah tercantum dalam kitab suci Weda (Weda berarti pengetahuan), juga dalam kitab Brahmana dari Upanisad. Ketiga kitab itu menjadi dasar kehidupan orang-orang Hindu. Kitab suci Weda merupakan kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran para pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
·  Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan kepada dewa-dewa.
·  Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
·  Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang diperlukan untuk keselamatan.
·  Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk menghilangkan marabahaya.
Keempat buku itu ditulis pada tahun 550 SM dalam bahasa Sansekerta. Ajaran agama Hindu memuja banyak dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah:
a.       Dewa Brahma sebagai pencipta,
b.      Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung,
c.       Dewa Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur)
Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti:
a.      Dewi Saraswati (Dewi Kesenian),
b.      Dewi Sri (Dewi Kesuburan),
c.       Dewa Baruna (Dewa Laut),
d.      Dewa Bayu (Dewa Angin),
e.      Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain
Umat Hindu yang ada di India berjiarah ke tempat-tempat suci seperti kota Benares, yaitu sebuah kota yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa.
Air Sungai Gangga”, dipercaya dapat menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa. Agama Budha muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum Brahmana.
Agama Budha tidak mengakui kesucian kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam masyarakat. Oleh karena itu ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama Tripitaka (Tipitaka).
2. Pemerintahan
Perkembangan sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan dari sistem pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
A.      Kerajaan Gupta
Pendiri Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun agama Buddha masih tetap dapat berkembang.
Masa kejayaan Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul "Syakuntala". Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja Candragupta II. India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad dan baru pada abad ke-7 M tampil seorang raja kuat yang bernama Harshawardana.
B.      Kerajaan Harsha
Setelah mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada masa pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat. Salah satu pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah pujangga Bana dengan karyanya berjudul "Harshacarita".
Raja Harsha pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan membangun candi-candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di Harsha. India mengalami masa kegelapan.
3.   Kebudayaan Lembah Sungai Gangga     
Perkembangan kebudayaan masyarakat lembah sungai Gangga mengalami banyak kemajuan pada bidang kesenian. Kuil-kuil yang indah dari Syanta dibangun. Kesusastraannya, seni pahat dan seni patung berkembang pesat. Karya sastra yang terkenal produk peradaban ini adalah Kitab Mahabarata dan Ramayana. Kitab Mahabarata dikarang oleh Resi Wiyasa, mengisahkan tentang keluarga Bharata yang memegang tampuk kekuasaan Kerajaan Hastina. Dua keturunannya, yakni Pandawa dan Kurawa, berebut kekuasaan. Kitab Ramayana dikarang oleh Resi Walmiki, mengisahkan tentang putra mahkota yang bernama Rama. Rama harus berpetualang untuk membebaskan istrinya, Dewi Sinta, dari raja raksasa bernama Rahwana.

posted under | 4 Comments
Newer Posts Older Posts Home

Viewers :)

Powered by Blogger.
Kadang suatu hal lebih baik jika ditulis, daripada diungkapkan secara langsung ..

Join with me on Plurk!

Followers


Recent Comments