KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah mengizinkan kami untuk
mengerjakan tugas makalah yang telah diberikan. Dengan ridha-Nya pula, maka
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah kami.
Makalah
ini memuat informasi tentang PERADABAN AWAL BANGSA INDIA. Hal ini dimaksud
untuk menambah wawasan para siswa/siswi untuk mengetahui informasi tentang
peradaban awal bangsa-bangsa yang berada di berbagai negara.
Serta
rasa terimakasih yang tak terhingga kepada keluarga serta teman-teman kami,
yang telah memberikan kami semangat untuk terus berkarya dan berprestasi.
Sesungguhnya kebaikan dan dukungan yang diberikan kepada kami takkan dapat kami
balas, hanya kata ‘terimakasih’-lah yang dapat kami tuturkan.Terimakasih
sebesar-besarnya pula kami berikan kepada guru tercinta kami, Pak Muhsin, yang
telah memberikan tugas ini kepada kami agar kami dapat terus menggali
pengetahuan dan memperluas wawasan. Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat
dan sesungguhnya Allah SWT akan membalas kebaikan anda semua kepada kami. Amin.
Kami
menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil karya
kami tak luput dari kekurangan. Semoga karya ini berguna untuk penilaian kami,
serta mohon maaf sebesarnya jika ada kesalahan.
Wassalamualaikum, wr wb.
Pangkajene,
5 februari 2013
Kelompok 2
Secara geografis, wilayah India
merupakan suatu jazirah dari benua Asia. Letak India seakan-akan terpisah dari
daratan Asia. Hal ini disebabkan oleh pegunungan Himalaya di sebelah utara
India. Oleh karena posisi wilayahnya menyendiri dari daerah Asia yang lain,
maka India sering disebut “anak benua Asia”.
Di utara India terdapat
Pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah
antara India dan daerah lain di Asia. Di bagian Barat pegunungan Himalaya
terdapat celah yang disebut Celah Kaiber. Celah Kaiber inilah yang dilalui oleh
masyarakat India untuk melakukan aktivitas hubungan dengan daerah-daerah lain
di Asia. Melalui celah itu, bangsa-bangsa lain memasuki wilayah India, seperti bangsa
arya dan Iskandar Zulkarnaen. Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya
yang terpenting yaitu sebagai berikut.
- bahasa Munda atau bahasa Kolari.
Bahasa ini terdapat di Kashmir.
- Bahasa Dravida, mempunyai 14
macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, dan Berahui.
- Bahasa Indo-Jerman, mempunyai
bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta
dan Prakreta.
- Bahasa Hindustani. Bahasa ini
muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa Arab, Parsi, dan
Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Di tengah-tengah daerah India terdapat
pegunungan Windya. Pegunungan ini membagi India menjadi dua bagian, India Utara
dan India Selatan. Pada daerah India bagian Utara, mengalir sungai Shindu
(Indus), Gangga, Yamuna, dan Brahmaputera. Daerah itu merupakan daerah subur
sehingga sangat padat penduduknya. India bagian Selatan sangat berbeda
keadaannya dengan India bagian Utara. Daerahnya terdiri dari bukit-bukit dan
gunung-gunung yang kering dan tandus. Daratan tinggi di India bagian Selatan
diberi nama Dataran Tinggi Dekkan. Dataran Tinggi Dekkan kurang mendapat hujan
sehingga daerahnya terdiri atas padang rumput safana yang amat luas.
Dalam sejarahnya, India memiliki dua
peradaban kuno, yaitu peradaban lembah sungai Indus (Shindu) dan peradaban
lembah sungai Gangga. Kedua peradaban ini menjadi bukti penting keberadaan
bangsa India sebagai salah satu pemilik kebudayaan tertua yang sangat ternama
di dunia.
A.
PERADABAN LEMBAH
SUNGAI INDUS (SHINDU)
1. Pusat Peradaban
Peradaban lembah Sungai Indus
berlangsung pada 2800 SM hingga 1800 SM. Peradaban kuno ini ada di sepanjang
Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra (sekarang letaknya di Pakistan dan India
bagian barat). Sungai Indus sendiri merupakan sungai yang panjangnya 2.900
kilometer. Airnya berasal dari mata air di Tibet, dan mengalir melalui
Pegunungan Himalaya. Sisa peradaban Sungai Indus bisa dilihat dari
peninggalannya yang sangat mengagumkan, yaitu kota Mohenjodaro dan Harappa.
Peradaban Sungai Indus juga dikenal
dengan peradaban Sungai Sarasvati. Sebab, dahulu mengalir Sungai Sarasvati di
dekat Sungai Indus, tapi diperkirakan mengering pada akhir 1900 SM. Kota
Mohenjodaro dan Harrapa dihuni oleh bangsa Dravida, yang memiliki ciri fisik
bertubuh pendek, hidung pesek, kulit hitam, dan rambut keriting hitam. Bangsa
inilah pendukung utama peradaban lembah Sungai Indus.
Bangsa Dravida bermatapencaharian
utama sebagai petani gandum dan kapas. Hal ini dibuktikan dengan temuan
arkeologis berupa cangkul, kapak, dan patung dewi kesuburan. Selain sebagai
petani, bangsa Dravida juga berjiwa pedagang. Mereka melakukan kontak
perdagangan dengan bangsa Sumeria yang ada di Mesopotamia. Seorang arkeolog
Inggris, Sir John Marshal, merupakan orang yang berhasil meneliti peradaban ini.
Mohenjo-Daro yang
ditemukan di daerah Shindu (sekarang wilayah Negara Pakistan) diperkirakan
pernah dijadikan sebagai ibukota lembah Shindu bagian utara. Sedangkan Harappa
yang terletak di daerah Punjab, dekat sungai Ravi, diperkirakan sebuah ibukota
dari lembah sungai Shindu bagian selatan.
Ini adalah bekas
ibukota dua negara merdeka pada jaman peradaban sungai India antara tahun
2350-1750 sebelum masehi, penelitian menghasilkan perhitungan, dua kota
masing-masing terdapat sekitar 30 hingga 40 ribu penduduk, lebih banyak
dibanding penduduk kota London yang paling besar pada abad pertengahan.
Masyarakat yang bermukim di kedua kota
kuno ini diketahui telah mengenal sistem saluran air bawah tanah yang sempurna
dengan menggunakan bata. Dari bukti-bukti arkeologi, penduduk Mohenjodaro dan
Harappa sudah mengenal adat istiadat. Di sana ditemukan benda-benda sebagai
azimat. Benda tersebut diduga dimanfaatkan sebagai kalung. Ada pula ditemukan
benda semacam materai yang berbahan tanah liat. Benda-benda tersebut terdapat
tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf (tulisan yang bentuknya mirip
gambar).
Puing-puing
menunjukkan Mohenjodaro dan Harappa merupakan sebuah kota yang mempunyai
rancangan bangunan di sekeliling ruang lingkup tertentu, kurang lebih
menggunakan bahan yang sama, segalanya sangat teratur, bahwa pada 3000 SM,
orang-orang membangun kota dengan skala yang sedemikian memperlihatkan
tingginya peradaban mereka.
Jalan-jalannya lurus
sehingga membentuk blok-blok pemukiman berbentuk segi empat. Sudah ada sistem
pembuangan sampah dan air limbah. Inilah kota pertama yang menujukan
tanda-tanda pembangunan yang berencana.
Kedua kota ini hilang
pada tahun 1750 sebelum masehi, kira-kira dalam waktu 1000 tahun kebelakang,
didaerah aliran sungai India tidak pernah ada lagi kota yang demikian megahnya,
namun pada 500 tahun lampau, ketika bangsa Arya datang menginvasi, kebudayaan
Harappa sudah merosot.
2. Tata Kota
A.
Kota Mohenjadaro
Mohenjo Daro merupakan sebuah kawasan
reruntuhan-kota peninggalan kebudayaan Hindustan
(bersama dengan kota Harappa) yang berada di bagian selatan Lembah Sungai
Indus, distrik Larkana, propinsi Sind, Pakistan. Diperkirakan, kota ini
dibangun dan dihuni dalam masa waktu yang bersamaan dengan pembangunan
kota-kota di peradaban Mesir Kuno, Mesopotamia, dan Yunani Kuno.
Diperkirakan
Mohenjo Daro dibangun sekitar 2600 tahun sebelum masehi. Untuk dapat meneliti
peradaban di kota Mohenjo Daro ini dilakukan penggalian dalam skala besar yang
dimulai pada tahun 1922 sampai 1927 yang dilakukan oleh R. D. Banarjee beserta
timnya dan dilanjutkan oleh M. S. Vats dan K. N. Dikshit dibawah pengarahan Sir
John Marshall, seorang ahli survey arkeologi. Pada tahun 1927-1931, E. J. H.
MacKay melanjutkan penggalian sebelumnya dan pada tahun 1950, Sir Mortimer
Wheeler juga melakukan penggalian, tetapi dalam skala kecil. Keseluruhan
penggalian yang dilakukan itu mencapai satu per tiga dari seluruh lokasi kota
Mohenjo Daro dan dikenal oleh
masyarakat dunia dengan sistem tata kota memukau, sementara dua pertiga bagian wilayah reruntuhan kota masih tertimbun
oleh tanah.
Kota Mohenjo Daro sering disebut sebagai "Metropolis
Kuno di Lembah Indus" karena merupakan kota terbesar (sekitar 100 hektar)
di wilayah peradaban Hindustan pada tahun 2600-an SM.
Kota
ini bukanlah sebuah pusat kerajaan karena tidak ditemukannya makam ataupun
bekas istana Raja di kota Mohenjo Daro. Yang ada adalah kuburan dari kalangan
elit kota. Ada kemungkinan bahwa kota Mohenjo Daro merupakan sebuah pusat
administratif dari wilayah di dalam sebuah kerajaan.
Sedangkan
arti dari kata "Mohenjo Daro" sendiri adalah "Bukit orang
mati". Nama ini diberikan karena letak kota yang berupa bukit-bukit dan
saat ini hanya berupa reruntuhan seperti sebuah kota mati.
Sistem
Tata Kota
Kota Mohenjo
Daro
dapat dikatakan telah memiliki kebudayaan tinggi dalam bidang arsitektur karena
adanya penataan massa bangunan kota yang sangat rapi dan teratur. Penataan
massa bangunan yang diterapkan dalam kota Mahenjo Daro adalah konsep organisasi
grid. Jalan yang ada berupa saling tegak lurus dan berjajar sehingga
membentuk blok-blok tapak (berupa kotak-kotak) yang digunakan sebagai tempat
pendirian bangunan. Konsep ini dapat dilihat pada penataan kawasan perumahan
modern maupun apartemen yang tiap rumah tertata sangat rapi dan berada di jalur
lurus.
Fasilitas Kota
Secara garis besar, Kota Mohenjo Daro
dibagi menjadi dua bagian berdasarkan fungsinya. Bagian timur kota (disebut Lower
Town) merupakan wilayah yang digunakan sebagai perumahan penduduk.
Sedangkan bagian lain dari kota (disebut Citadel) merupakan sebuah
kawasan pusat kota Mohenjo Daro.
Pada bagian Lower Town (letaknya rendah), terdapat sistem
jaringan jalan yang membentang dari utara hingga selatan dan timur hingga
barat. Jalanan ini membagi beberapa petak tanah menjadi blok-blok (kotak-kotak)
yang merupakan tempat perumahan penduduk berada. Keadaan ini menjadikan kota
Mohenjo Daro sangat rapi dan teratur sehingga mudah dalam melakukan pengawasan.
Perumahan di Mohenjo Daro memiliki tipe
yang berbeda-beda, ada yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil
sesuai dengan kebutuhan dan status sosial pemiliknya. Para ahli menyatakan
bahwa beberapa rumah yang ada, dahulunya merupakan bangunan dua lantai dengan
tangga yang terbuat dari batu bata. Setiap rumah memiliki ruang pemandian dan
sistem drainase yang teratur.
Sumber air bersih yang ada di Mohenjo
Daro adalah berupa sumur di dalam ruangan rumah yang pengaliran ke ruangan lain
menggunakan pipa berbahan tanah liat. Sedangkan sarana pembuangan air kotor
menggunakan saluran air yang berada di tepi jalan perumahan. Saluran ini
terhubung dengan rumah penduduk sehingga air kotor dari sisa penggunaan di
dalam rumah dapat langsung mengalir ke saluran air kota.
Sedangkan bagian Citadel (disebut pula
sebagai kuil kota - letaknya lebih tinggi dari Lower Town) yang merupakan pusat
kota terdapat beberapa fasilitas perkotaan. Beberapa fasilitas tersebut adalah:
- The Great Bath
Berupa bangunan yang menyerupai kolam
berukuran 12 x 7 (dalam meter) dengan material berupa batu bata. Kedalaman
kolam ini sekitar 2,4 meter dengan tangga yang terbuat dari batu bata untuk
turun hingga dasar kolam. Di sekitarnya berupa beranda dengan alas batu bata.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa bangunan kolam ini digunakan sebagai tempat
melakukan ritual keagamaan berupa pemandian (pensucian badan). Pendapat ini
didukung dengan penemuan artefak berupa batuan yang mirip dengan batu gosok
untuk mandi.
Dalam kepercayaan Hindu, ritual
pemandian seperti ini merupakan salah satu ritual untuk pensucian jiwa dan raga
pengikutnya. Kemungkinan besar, ritual pemandian yang dilakukan di The Great
Bath merupakan sebuah tradisi dari agama Hindu.
-The Granary
Merupakan bangunan yang digunakan oleh penduduk kota Mohenjo
Daro sebagai tempat penyimpanan hasil pangan (hasil panen) yang digunakan untuk
mensuplai kebutuhan penduduk.
-Assembly Halls
Sebuah bangunan dengan area terbuka yang cukup luas (seperti
lapangan).
Sistem Konstruksi
Bahan bangunan yang digunakan pada
perumahan penduduk maupun bangunan fasilitas kota terbagi menjadi dua jenis,
yakni batu bata lumpur (mud bricks) dan batu bata kayu (wood bricks). Batu
bata lumpur (mud bricks) terbuat dari lumpur endapan yang banyak terdapat di
lembah sungai Indus. Sedangkan batu bata kayu (wood
bricks) terbuat dari kayu yang dikeringkan dengan cara dibakar. Daya tahan
batu bata yang digunakan di Mohenjo Daro memiliki keawetan yang lebih baik dan
lebih lama dibanding batu bata yang digunakan oleh penduduk Mesopotamia.
Sedangkan material yang digunakan
sebagai penutup atap adalah pohon kayu yang disusun menjadi atap datar.
Benda-Benda yang
Ditemukan
Benda-benda yang
ditemukan di kota Mohenjo Daro antara lain: huruf, bangunan, perhiasan, alat
rumah tangga, permainan anak-anak yang sudah dihiasi berbagai seni gambar dan
seni ukir yang indah, mereka telah mengenal biantang: gajah, unta, kerbau,
anjing. Berdasarkan benda-benda yang ditemukan di Mohenjodaro, maka dapat
disimpulkan bahwa peradaban Lembah Sungai Indus di Mohenjodaro sudah sangat
tinggi.
B. Kota Harappa
Harappa adalah sebuah kota kuno yang
berada di bantaran Sungai Ravi, propinsi Punjabi, timur laut
Pakistan. Letaknya berada di 35 km sebelah tenggara kota Sahiwal. Menurut
penelitian dengan cara penentuan usia karbon yang dilakukan para arkeolog, kota
Harappa dibangun dan dihuni antara
tahun 3300 hingga 1600 sebelum masehi dengan luas kota +
25 km persegi. Pada masa kejayaannya itu, 40.000 orang menjadi penduduk kota
Harappa, sebuah jumlah penduduk yang sangat besar pada masa itu. Bahkan, bisa
dikatakan dengan jumlah penduduk sebesar itu, pupulasi kota ini lebih
banyak dibanding populasi penduduk kota London pada abad pertengahan.
Munculnya peradaban Harappa lebih awal
dibanding kitab Veda, saat itu
bangsa Arya belum sampai India, yakni sekitar tahun 2500 SM. Bangsa Troya
mendirikan kota Harappa dan Mohenjondaro serta kota megah lainnya didaerah
aliran sungai India. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang
dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik
dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa. Harappa
memiliki lay-out kota yang sangat canggih, hingga tahun 1500 SM ketika bangsa
Arya mulai bercampur dengan penduduk asli.
Kondisi Kota
Kota Harappa dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan fungsi
masing-masing, yakni bagian pemerintahan dan bagian administratif. Bagian
pemerintahan adalah area dimana terdapat kantor pemerintahan kota. Adanya pagar
tembok yang tinggi di sekeliling gedung tinggi merupakan simbol kekuasaan dan
kewibawaan Raja (atau pemimpin kota). Bagian ini terpisah dan memiliki jarak
cukup jauh terhadap bagian administratif.
Sedangkan bagian administratif digunakan
sebagai permukiman penduduk kota Harappa. Bagian ini memiliki jalur jalan raya
yang membentuk pola grid, yakni jalan-jalan yang ada saling bersilangan
membentuk kotak-kotak kosong di tengahnya. Di kedua sisi jalan,, terdapat
banyak sekali rumah tempat tinggal, toko, dan tempat pembuatan tembikar. Jarak
antar-bangunan sangat dekat shingga tata kota terlihat sangat padat. Saluran
air kota yang digunakan sebagai pembuangan air dibangun di bawah tanah dengan
menggunakan bahan batu bata.
Kota Harappa hilang menjadi kota mati
sekitar tahun 1750 SM. Beberapa faktor yang mengakibatkan penduduknya
meninggalkan kota Harappa diperkirakan adalah adanya invansi yang dilakukan
oleh bangsa Arya ke daerah peradaban Hindustan pada sekitar tahun itu. Pada tahun
itu hingga 1000 tahun setelahnya, tidak ada pembangunan kota dengan peradaban
tinggi lagi di wilayah tersebut.
Puing-puing bekas bangunan yang masih berada di kota Harappa
tampak sangat teratur dalam penataannya. Puing-puing tersebut terbuat dari bahan
yang sama, yakni batu bata tanah liat. Kondisi masa lalu memperlihatkan
bahwa sistem tata kota yang diterapkan di kota Harappa sudah sangat maju dengan
adanya teknik penataan kota seperti masa sekarang, yakni adanya pola jalan raya
dan adanya saluran air bawah tanah.
Penggalian
Kota
Penemuan kota Harappa bersamaan dengan
penemuan kota lain di kawasan peradaban Lembah Hindustan berawal pada tahun
1870-an oleh peneliti dari Inggris. Pada awal abad ke-20, Sir
John Marshall (arkeolog berkebangsaan Inggris) menggali dan meneliti
kembali kota Harappa dan kota Mohenjo Daro. Dari hasil penelitian, dapat
diambil teori bahwa kedua kota tersebut memiliki tingkat aktifitas penduduk
yang tinggi dengan jumlah penduduk sekitar 30.000 hingga 40.000 jiwa.
Hingga saat ini, penggalian dan
penelitian yang dilakukan para arkeolog terhadap kota-kota di kawasan peradaban
Lembah Hindustan masih terus dilanjutkan. Bahkan, ada penemuan kota baru di
sekitar aliran sungai kuno yang lain. Awal tahun 1980-an, pemerintah
Amerika dan Pakistan membentuk Lembaga Arkeologi Amerika-Pakistan yang
bertujuan untuk meningkatkan penelitian terhadap kawasan tersebut.
Benda-Benda yang Ditemukan
Benda-benda yang
ditemukan: arca-arca, patung (terra cotta) yang diukir seperti bentuk wanita telanjang
dengan dada terbuka. Ukiran itu member makna bahwa ibu merupaka sumber
kehidupan; alat dapur dari tanah liat, periuk belanga, pembakaran dari batu
keras (masih kuat sampai sekarang); sebuah patung pohon disamping dewa
(gambaran kesucian pohon bodhi tempat Sidharta menerima wahyu) beberapa ratus
tahun kemudian; arca-arca yang melukiskan lembu yang menyerang harimau; lembu
yang bertanduk, sebagai gambaran bahwa mereka sangat mensuckan binatang. Hal
ini tampak ketika masyarakat India mensucikan sapi sampai sekarang.
3. Sistem
Pertanian dan Pengairan
Daerah Lembah Sungai
Indus merupakan daerah yang subur. Pertanian menjadi mata pencaharian utama
masyarakat India. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat telah berhasil
menyalurkan air yang mengalir dari Lembah Sungai Indus sampai jauh ke daerah
pedalaman.
Pembuatan saluran
irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat
Lembah Sungai Indus telah memiliki peradaban yang tinggi. Hasil-hasil pertanian
yang utama adalah padi, gandum, gula/tebu, kapas, teh, dan lain-lain.
4. Sanitasi
(Kesehatan)
Masyarakat
Mohenjodaro dan Harappa telah memperhatikan sanitasi (kesehatan) lingkungannya.
Teknik-teknik atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan
faktor-faktor kesehatan dan kebersihan lingkungan yaitu rumah mereka sudah
dilengkapi oleh jendela yang langsung mendapat oksigen bebas.
5. Teknologi
Masyarakat Lembah
Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, Kemampuan mereka
dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti
bangunan Kota Mohenjodaro dan Harappa, berbagai macam patung, perhiasan emas,
perak, dan berbagai macam meterai dengan lukisannya yang bermutu tinggi dan
alat-alat peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah.
6. Pemerintahan
Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Maurya antara lain sebagai berikut :
A.
Candragupta Maurya
Setelah berhasil
menguasai Persia, pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan
menduduki India pada tahun 327 SM melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di
daerah Punjab. Pada tahun 324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah
Iskandar Zulkarnaen meninggal tahun 322 SM, pasukannya berhasil diusir dari
daerah Punjab dan selanjutnya berdirilah Kerajaan Maurya dengan ibu kota di
Pattaliputra.
Candragupta Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya.
Pada masa pemerintahannya, daerah kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah
timur, sehingga sebagian besar daerah India bagian utara menjadi bagian dari
kekuasaannya. Dalam waktu singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai
daerah yang sangat luas, yaitu daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah
Sungai Gangga di sebelah timur.
B.
Ashoka
Ashoka memerintah kerajaan
Maurya dari tahun 268-282 SM. Ashoka merupakan cucu dari Candragupta Maurya.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Maurya mengalami masa yang gemilang.
Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasainya. Namun, setelah ia menyaksikan korban
bencana perang yang maha dahsyat di Kalingga, timbul penyesalan dan tidak lagi
melakukan peperangan.
Mula-mula Ashoka
beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Buddha. Sejak saat itu
Ashoka menjadikan agama Buddha sebagai agama resmi negara. Setelah Ashoka
meninggal, kerajaan terpecah-belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan sering
terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil
mempersatukan kerajaan yang terpecah belah itu. Maka berdirilah Kerajaan Gupta
dengan Candragupta I sebagai rajanya.
7. Kepercayaan
Sistem kepercayaan
masyarakat Lembah Sungai Indus bersifat politeisme atau memuja banyak dewa.
Dewa-dewa tersebut misalnya dewa kesuburan dan kemakmuran (Dewi Ibu).
Masyarakat lembah
Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang seperti buaya dan gajah serta
menyembah pohon seperti pohon pipal (beringin). Pemujaan tersebut dimaksudkan
sebagai tanda terima kasih terhadap kehidupan yang dinikmatinya, berupa
kesejahteraan dan perdamaian.
8.
Faktor penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa
teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan
karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat
serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi
ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung.
Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban
Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya
peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan
ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruh
kebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang
disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang
dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut
didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah
orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi
persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun
pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang
manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah
ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun
jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya
serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke
bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban
Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah
India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan
kebudayaan India di bagian utara.
B.PERADABAN LEMBAH SUNGAI GANGGA
1.
Pusat
Peradaban dan Kepercayaan
Lembah Sungai Gangga terletak
antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Sungai itu bermata air
di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi,
Agra, Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah
Bangladesh dan bermuara di teluk Benggala. Sungai Gangga bertemu
dengan sungai Kwen Lun. Dengan keadaan alam seperti ini tidak heran bila Lembah
Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban
Lembah Sungai Gangga adalah bangsa arya yang temasuk bangsa Indo German. Mereka datang dari daerah Kaukasus dan
menyebar ke arah timur. Bangsa Arya memasuki wilayah India antara tahun
200-1500 SM, melalui Celah Kaibar di Pegunungan Himalaya.
Setelah serangan bangsa Arya,
bangsa Dravida menyingkir ke India Selatan. Tapi, ada pula yang akhirnya
berbaur. Bangsa Arya yang berasal dari Laut Kaspia akhirnya menguasai wilayah
subur sekitar lembah Sungai Gangga dan Indus. Sebelum menaklukkan bangsa
Dravida, bangsa Arya dikenal sebagai bangsa yang bermatapencaharian sebagai
peternak dan hidup nomaden alias mengembara. Kemudian, mereka menetap di daerah
taklukkan dan membangun peradaban baru di lembah Sungai Gangga, sehingga kebudayaan di Lembah
Sungai Gangga merupakan kebudayaan campuran antara kebudayaan bangsa Arya
dengan bangsa Dravida. Kebudayaan campuran itu lebih dikenal dengan sebutan
kebudayaan Hindu. Campuran kebudayaan ini membentuk sebuah agama besar, yang
juga dinamakan Hindu.
Kasta diciptakan untuk pertama
kalinya. Kasta sendiri diciptakan untuk menghindari percampuran ras. Pembagian
kasta ada empat, yaitu kasta brahmana, yang merupakan golongan agamawan dan
ahli ilmu; kasta ksatria, yaitu golongan bangsawan dan prajurit; kasta waisya,
yaitu golongan saudagar dan petani; serta kasta sudra, yaitu golongan buruh dan
budak. Bangsa Arya masuk di golongan brahmana dan ksatria.
Peradaban Lembah
Sungai Gangga meninggalkan jejak yang sangat penting dalam sejarah umat manusia
kini. Di tempat ini muncul dua agama besar di dunia, yaitu agama Hindu dan Buddha.
Agama Hindu muncul lebih dahulu daripada agama Buddha.
Agama Buddha lahir
sebagi bentuk reaksi beberapa golongan atas ajaran kaum Brahmana. Golongan ini
dipimpin oleh Siddharta Gautama. Ia adalah seorang putra mahkota kerajaan
Kapilawastu yang meninggalkan hidup penuh kemewahan dan menempuh jalan
kesederhanaan untuk menghindari penderitaan. Setelah sekian lama pencarian
dengan jalan bertapa, akhirnya Siddharta mendapat sinar terang menjadi sang
Buddha yang berarti “yang disinari”. Lambat laun agama Buddha mulai diterima
masyarakat India dan menyebar ke berbagai belahan dunia. Bahkan dalam
perkembangan selanjutnya, kedua agama ini memiliki pengaruh yang cukup besar
dalam perkembangan sejarah dan budaya Indonesia di masa awal.
Pada dasarnya peradaban dan
kehidupan bangsa Hindu telah tercantum dalam kitab suci Weda (Weda berarti
pengetahuan), juga dalam kitab Brahmana dari Upanisad. Ketiga kitab itu menjadi
dasar kehidupan orang-orang Hindu. Kitab suci Weda merupakan
kumpulan dari hasil pemikiran para pendeta (Resi). Pemikiran-pemikiran para
pendeta (Resi) itu dibukukan oleh Resi Wiyasa.
Empat bagian Kitab Weda
· Reg-Weda, berisi syair-syair pemujaan
kepada dewa-dewa.
· Sama-Weda, memuat nyanyian-nyanyian
yang dipergunakan untuk memuja dewa-dewa.
· Yayur-Weda, memuat bacaan-bacaan yang
diperlukan untuk keselamatan.
· Atharwa-Weda, memuat ilmu sihir untuk
menghilangkan marabahaya.
Keempat buku itu ditulis pada
tahun 550 SM dalam bahasa Sansekerta. Ajaran agama Hindu memuja banyak
dewa (polytheisme). Dewa utama yang dipuja dalam agama Hindu adalah:
a.
Dewa Brahma sebagai pencipta,
b.
Dewa Wisnu sebagai pemelihara atau pelindung,
c.
Dewa Siwa sebaga pelebur (pembinasa/penghancur)
Di samping itu, juga dipuja dewa-dewa seperti:
a.
Dewi Saraswati (Dewi Kesenian),
b.
Dewi Sri (Dewi Kesuburan),
c.
Dewa Baruna (Dewa Laut),
d.
Dewa Bayu (Dewa Angin),
e.
Dewa Agni (Dewa Api), dan lain-lain
Umat Hindu yang ada di India
berjiarah ke tempat-tempat suci seperti kota Benares, yaitu sebuah kota yang
dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa.
“Air Sungai Gangga”, dipercaya dapat
menyucikan diri manusia dan menghapus segala dosa. Agama Budha
muncul ketika beberapa golongan menolak dan menentang pendapat kaum Brahmana.
Agama Budha tidak mengakui
kesucian kitab-kitab Weda dan tidak mengakui aturan pembagian kasta di dalam
masyarakat. Oleh karena itu ajaran agama Budha sangat menarik bagi golongan
kasta rendah. Kitab suci agama Budha bernama Tripitaka (Tipitaka).
2. Pemerintahan
Perkembangan sistem
pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan dari sistem
pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan
Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara
kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman
kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di
antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
A.
Kerajaan Gupta
Pendiri Kerajaan
Gupta adalah Raja Candragupta I
dengan pusatnya di Lembah Sungai Gangga. Pada masa pemerintahan Raja
Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama negara, namun agama Buddha masih
tetap dapat berkembang.
Masa kejayaan
Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta (Cucu Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah
Sungai Gangga dan Lembah Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota Ayodhia
ditetapkan sebagai ibukota kerajaan.
Pengganti Raja
Samudragupta adalah Candragupta II,
yang dikenal sebagai Wikramaditiya.
Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan mempersulit
perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri perguruan
tinggi agama Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan Candragupta II kehidupan
rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa gemilang.
Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul "Syakuntala".
Perkembangan seni patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat
dari pahatan-pahatan dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya
Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja Candragupta II.
India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad dan baru
pada abad ke-7 M tampil seorang raja kuat yang bernama Harshawardana.
B.
Kerajaan Harsha
Setelah mengalami
masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan rajanya
Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada masa
pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat. Salah satu
pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah pujangga Bana
dengan karyanya berjudul "Harshacarita".
Raja Harsha pada
awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi
Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat
penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan
membangun candi-candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga
abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di
Harsha. India mengalami masa kegelapan.
3. Kebudayaan Lembah
Sungai Gangga
Perkembangan kebudayaan masyarakat
lembah sungai Gangga mengalami banyak kemajuan pada bidang kesenian. Kuil-kuil
yang indah dari Syanta dibangun. Kesusastraannya, seni pahat dan seni patung
berkembang pesat. Karya sastra yang terkenal produk peradaban ini adalah Kitab
Mahabarata dan Ramayana. Kitab Mahabarata dikarang oleh Resi Wiyasa,
mengisahkan tentang keluarga Bharata yang memegang tampuk kekuasaan Kerajaan
Hastina. Dua keturunannya, yakni Pandawa dan Kurawa, berebut kekuasaan. Kitab
Ramayana dikarang oleh Resi Walmiki, mengisahkan tentang putra mahkota yang
bernama Rama. Rama harus berpetualang untuk membebaskan istrinya, Dewi Sinta,
dari raja raksasa bernama Rahwana.
Recent Comments