Sepenggal Kisah dan Cerita Part 1
Siapapun
kita, pasti punya seseorang yang kita suka secara diam diam – A Little Thing
Called Love (2010)
..
Triing triing
..
Bunyi bel
tanda berakhirnya pelajaran di sekolah itu menyela, tak heran jika semua siswa
siswi sekolah itu langsung berhamburan membereskan perlengkapan mereka. Seorang
gadis berkulit putih berwajah cantik terlihat tidak bersemangat, ia
menyelempangkan tasnya di bahu lalu melangkah keluar dengan gontai.
Gadis itu
merogoh saku rok abu abunya dan menelpon seseorang.
“Halo, Pa,
bisa tolong jemput aku nggak di sekolah?
.. hah .. tapi pa, disini kan huj ..” belum selesai gadis itu berbicara,
orang yang disebutnya papa itu memutuskan sambungan telponnya diseberang.
“Bego! kenapa
hujan turun disaat kayak gini sih, nyebelin” gerutu gadis itu di depan gerbang
sekolah
“Huh, gimana
caranya ke halte kalo ini hujan turun terus? Arrrrrgghhhh!!!”
Gadis itu pun
berlari-lari kecil menembus hujan untuk menuju ke halte yang ada di ujung jalan
dekat sekolahnya. Gadis itu sampai disana dan tidak menemukan tempat kosong
lagi untuk berteduh. Semua tempat di halte itu sudah di penuhi oleh orang-orang
yang berteduh dari hujan yang makin deras saja. Akhirnya,ia hanya berdiri di
bagian depan halte itu, yang -tentu saja- dibasahi hujan.
Tubuh gadis
itu mulai bergetar karena kedinginan, ia kemudian menyilangkan kedua tangannya
di lengannya. Gadis itu memejamkan matanya, masih bergetar –tentu saja- namun
perlahan ia merasakan ada sesuatu dipunggungnya yang menghalangi hujan menembus
blazer seragam khas sekolahnya. Gadis itu berbalik dan mendapati sebuah jaket
kulit telah tersampir begitu indahnya di bahu nya.
“Ini punya
siapa?” Tanya nya sambil menunjuk jaket kulit yang tersampir di bahunya itu
“..” tidak
ada jawaban
“Permisi, ini
punya siapa ya?” Tanya nya sekali lagi pada siapa saja yang mau menjawab
pertanyaannya, sedikit lebih keras
“..” kembali,
tiada jawaban
‘hufthh kalo
nggak ada yang mau ngaku yaudah, bodo amat’ katanya membatin
Ting …
Bunyi klakson
bus yang baru saja berhenti di depan halte itu menyadarkan gadis tersebut dari
lamunan nya. Gadis itu cepat cepat memasuki bus yang tidak jauh di depannya itu
agar tak perlu lama-lama lagi berinteraksi dengan hujan terkutuk itu
..
Gadis itu
memasuki kelas nya pada keesokan paginya -setelah insiden jaket kulit yang
tidak diketahui pemiliknya- dan tentu saja langsung duduk di bangkunya bersama
teman dekat nya yang belum memunculkan batang hidungnya di sekolah pagi ini. Ia
perlahan menaruh tas nya diatas meja.
‘tumben Via
belum datang’ batinnya
Entah karena dorongan takdir, feeling, skenario, atau apa gadis itu
menggerakkan tangannya kearah laci meja nya dan menemukan secarik kertas dan
mawar merah disana
Morning,
princess Ashilla ..
This morning
you’re so beautiful as usual,
Setangkai mawar
merah yang takkan pernah sebanding dengan kecantikanmu - X -
Tunggu sebentar!
Princess Ashilla? Sejak kapan namanya berubah menjadi demikian? X? Siapa pula
X-X itu? Otaknya mencoba mengingat-ngingat, adakah orang dikenalnya yang
namanya berinisial ‘X’, sepertinya tidak, batinnya
Tiba-tiba ia
teringat jaket kulit yang kemarin tiba-tiba saja bertengger dengan manis di
bahunya? Siapakah pemiliknya? Orang yang sama kah? Atau orang yang berbeda?
Wowoo inikah yang di sebut orang ‘Secret Admirer’? Siapa pula dirinya sehingga
memiliki ‘secret admirer’ seperti itu? Princess? Seperti yang disanjungkan sang
empu nya surat? Tentu saja tidak, ia sadar ia berada dalam negeri nyata yang
semua pelakonnya hanya manusia biasa, bukan di negeri dongeng yang memiliki
tokoh princess bahkan peri dan
semacamnya. Lantas siapa kah sang pengirim surat yang mengucapkan pujian manis
itu kepadanya?
Tringg tringg
..
Bel berbunyi,
mari kita lupakan sejenak tentang ‘surat dan mawar merah’ yang dibahas tadi
Jam pertama
pelajaran di mulai, tapi ia masih belum bisa berkonsentrasi pada guru yang
menerangkan di papan tulis itu karena dua hal, yang pertama mengenai
sahabatnya, Sivia, yang sebelumnya biasanya datang lebih awal bahkan selalu
lebih awal daripadanya tapi sampai sekarang belum kelihatan-kelihatan, yang
kedua –tentu saja- karena surat dan mawar yang ditemukannya tadi. Kenapa pula
ia repot rep ..
Tok tok tok
Ketukan halus
di pintu kelasnya itu membuat Shilla –gadis itu- tersadar dari lamunannya
“Masuk” bentak
guru yang sedaritadi menerangkan di papan tulis karena merasa ada sedikit
‘gangguan’ dalam proses pembelajarannya
Cklek, pintu
terbuka dari luar menampilkan jelas tubuh seorang gadis dan seorang pemuda yang
penampilannya sudah sedikit berantakan
“Maaf pak
kita telat” cicit pemuda itu
“Maaf, maaf.
Emangnya bel bunyi jam berapa?” bentaknya
“Jam 07.30
pak” jawab sang gadis
“Kalian ini, sekarang sudah jam berapa hah?”
bentak guru itu, lagi
Pemuda itu
melirik pergelangan tangannya, “Masih jam 07.37, Cuma terlambat 7 menit doang.
Bapak nggak punya jam emang?” jawab pemuda itu cuek, disertai tepukan gadis itu
di dahinya sendiri. ‘bego! Berani amat sih! Aku juga bakalan ikut mati nih’
gumam gadis itu dalam nurani
Seisi kelas
melongo mendengar rentetan yang keluar dari pemuda itu
“Aduh,
ngapain dijawab sih?” cicit gadis itu, pelan
“Biarin aja”
“Heh kalian
berdua, udah telat, berani berani nya ngelawan guru lagi. Sekalian aja ngga
usah masuk, diluar sana sampai jam pelajaran saya selesai!” Hardik guru itu
kasar, lagi lagi dan lagi
Gadis itu
cengo, ‘Apa? Dikeluarin? Baru kali pertama aku dilarang masuk kelas gini!’
gumamnya, masih dalam nurani. Sementara pemuda itu sudah melangkah cuek ke luar
kelas
“Heh, ngapain
masih disitu?” Hardik guru itu lagi, tidak menghiraukan tatapan cengo
–sekaligus memelas- Sivia –gadis itu-.
..
Shilla
melangkah pelan memasuki kafe -sebutan untuk kantin sekolahnya- yang tidak
sedikit penghuninya itu karena memang sedang istirahat. Shilla mengedarkan
pandangannya ke seluruh penjuru kafe mencari teman dekatnya yang sejak tadi
pagi tidak diizinkan ikut pembelajaran, ingin meminta penjelasan, sepertinya.
Ia masih memperhatikan seluruh penjuru kafe sampai suara renyah milik gadis
yang sedaritadi ia cari-cari
“Shil” sang
pemilik suara renyah itu menepuk bahu Shilla dari belakang, sontak membuat
Shilla berbalik
“Ah Via, lo
dari mana aje sih? Daritadi gue cariin mulu”
“Em, itu,
aku, ee ..” jawab gadis yang dipanggil Sivia itu, salah tingkah. Mungkinkah?
“Elo ..
Jadian ya sama ..” kata-kata Shilla yang penuh nada penyelidikan dipotong oleh
Sivia
“Nggak, itu
tadi cuma, cuma, ee ..”
“Cuma apa
sih? Aa lo jahat yee, punya cerita nggak bagi bagi ke gue lo sekarang!” desak
Shilla lagi
“Ee, sini aja
deh” Sivia menarik tangan Shilla dan membawa nya ke taman belakang sekolah yang
pasti sedang sepi karena kebanyakan yang memilih ‘nangkring’ di kafe daripada
di taman belakang pada jam istirahat seperti ini.
“Jadi gimana
ceritanya Vi?” ujar Shilla penasaran
“Jadi gini
..”
(Flashback)
Pagi ini
Sivia tidak seberuntung biasanya. Tadi pagi, jam weker di kamarnya mati
sehingga ia bangun kesiangan. Setelah sarapan ia minta supirnya cepat cepat
mengantarnya ke sekolah yang lumayan jauh jaraknya dari rumahnya
“Pak, ayo
berangkat!”
“Yah non”
“Kenapa emang
pak?” Tanya nya pada supir pribadi keluarganya
“Mobil dipake
tuan non”
“Dipake papa?
Mobil papa kemana emang pak?”
“Itu neng,
lagi masuk bengkel katanya”
“Ooh” gadis
itu membulatkan mulutnya “Ma, jadi aku berangkat naik apa dong? Mobil dipake
papa katanya” teriaknya dari luar rumah. Tak lama, muncullah seorang wanita
paruh baya dari dalam rumah
“Kamu naik
bus aja ya Vi kali ini?” Kata wanita paruh baya itu
“Iya deh Ma,
Via berangkat dulu ya” pamit gadis itu lalu mencium tangan dan pipi mamanya
..
Sivia
menunggu bus yang sudah hampir 15 menit belum datang-datang itu dengan gelisah
“Aduh,
mampus, bisa telat aku. Tinggal 15 juga. Gimana nih?” Tanya nya panik,
frustasi, pada dirinya sendiri
Tiba-tiba
sebuah motor ninja merah berhenti di depannya, “Lo Sivia kan? Sekelas gue?”
sahut pengendara motor itu
“Ee iya, kamu
siapa ya?”
Pengendara
itu membuka kaca helem fullface nya “Gue Cakka, teman sekelas lo” ujarnya
“Ayo naik,
bentar lagi bel masuk”
“Nggak papa
nih?”
“Iya,
cepettan naik!” Sivia pun naik dengan ragu-ragu
“Nih pake”
kata pemuda yang menyebut dirinya Cakka itu sambil menyodorkan sebuah helm
fullface yang hampir sama dengan miliknya, Sivia mengambilnya lalu memakainya
‘aduh mimpi
apa aku bisa bareng Cakka gini’ batinnya
“Pegangan,
gue mau ngebut nih” sahut Cakka, dank arena ke-tidakberaniannya melingkarkan
tangannya di pinggang Cakka, ia pun berpegangan erat pada besi pengaman
belakang motor Cakka karena sang pemilik motor sudah melajukan motor nya diatas
kecepatan rata-rata
(Off)
“Gitu
ceritanya Shil” ujar Sivia setelah menyelesaikan ceritanya
“Oh, gue gak
nyangka Cakka yang sedingin es di kutub utara itu bisa nolongin orang, ckck”
“Makanya itu
aku mikir, mimpi apa ya aku semalam, bisa ditolongin Cakka kayak gitu” ujarnya
kegirangan
“Hmm lo suka
ya sama si Cakka Cakka itu?” Tanya Shilla penuh selidik
“Hmm nggak
kok aku cumaa ..” jawabnya
“Alah jangan
bohong lo, pipi lo merah tuh!” goda Shilla
“Hah? Masa’?
Iya deh aku ngaku” aku Sivia
“Pantessan
senengnya nggak ketulungan”
“Hehehehe”
“Jadi
ceritanya lo terkena virus CDD ya? Hahaha” Tanya Shilla, lagi
“CDD? Apaan
tuh, Shil?”
“CDD, Cinta
Diam-Diam hahahaha” tawa Shilla meledak, sedang Sivia marah-marah
“Ih apaan sih”
“Iya iya
sorry, ahaha. Sahabat gue udah mulai jatuh cinta hahaha”
“Ih emang
lucu ya? Hahahaha” kata Sivia nyolot sambil menirukan tawa Shilla
“Iya deh iya,
gue berhenti. Yuk kita masuk kelas”
..
Jeng jeng .. *ngejrenggitar
Ini dia cerbung gw yang kesekian-kian kalinya *alay. Beda nya cerbung gw yang sebelum-sebelumnya malah kandas di tengah cerita, dan selamat! belum pernah selese selese sampe sekarang, hahahaha. Yah mudah-mudahan aja cerbung yang satu ini bisa sampe ending yak! aamiin *curcol
Oke, makasih buat yang udah nyempetin waktu buat baca, karena mau membaca cerbung saya yg abal-abal ini. Dan biarpun gak ada yang baca gw juga bakalan lanjutin ke part berikutnya kok, berhubung gak tau kenapa sekarang gue lagi hobby hobby nya nulis! :p
Finnally, I hope you can leave any comment in this site or in my facebook account Indah Nur Afiah or in my twitter account @IndhaNrfh ;)
0 comments:
Post a Comment